Ditulis pada ta'sis ke XX, 8 Nopember 1962
RIWAYAT PERGURUAN MA’HAD ISLAM PEKALONGAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tanggal 8 November adalah hari berdirinya Perguruan Ma’had Islam Pekalongan. 8 November 1962 ini genaplah usia Perguruan Ma’had Islam 20th. Dengan mencapai usia 20th sampailah Perguruan kita pada usia dewasa. Karena itu marilah menengok kebelakang dan marilah kita melihat kemuka ; Bagaimanakah keadaan kita yg telah lalu dengan tugas yg telah kita selesaikan dan yg telah kita biarkan lalu begitu saja; Bagaimanakah yg semestinya dan apa juga seharusnya kita tunaikan dikemudian hari.
Tanggal 9 Maret 1942 adalah saat pertama dari pendudukan Pemerintah Fasisme Jepang. Beberapa bulan setelah itu yakni bertepatan dengan tanggal 8 November 1942 berdirilah Perguruan kita Ma’had Islam dikota Pekalongan. Tentara pendudukan Jepang memaksa rakyat Indonesia BERSEIKERE ke Tokyo dengan tidak memperdulikan agama yang di peluk oleh rakyat Indonesia. Demikian pula Pemerintah Pendudukan Fasisme Jepang melarang diteruskannya adanya sekolah-sekolah swasta dalam bentuk apapun juga.
Karena keadaan yang demikian itu, maka Perguruan Ma’had Islam pada masa permulaan berdirinya mengambil langkah yang masih diperbolehkan, ialah Perguruan kita menjadi tempat pengajian, sedang guru-gurunya diharuskan oleh Pemerintah Fasisme Jepang mempunyai besluit sebagai guru mengaji dari Asisten Wedana setempat. Demikianlah keadaan Perguruan kita dalam hubungan keluar (Pemerintah), sedang keadaan kedalamnya tetap kita ajarkan pelajaran-pelajaran pengetahuan umum seperti sekolah rakyat P emerintah, disamping pelajaran agama dan bahasanya
Kesulitan dan kesukaran dari kanan dan kiri, terutama dari Pemerintah Fasisme Jepang, tiada luput kita alami. Tetapi berkat ketabahan dan ketekunan Bapak pendiri utamanya yang menjadi pimpinan kita pada waktu itu, ialah Almarhum Al Ustaz Abdullah Hinduan, serta adanya tekad yang bulat dan persatuan yang sangat erat dari korp guru sebagai pembantu pelaksananya juga setiap saat bersedia berkorban, serta juga adanya bantuan masyarakat baik moral ataupun material, maka Perguruan kita berjalan dengan lancar dan baik.
Pada tahun 1943 Pemerintah Fasisme Jepang terpaksa mengeluarkan sebuah undang-undang sekolah swasta yang disebut dengan Osamoe Serei No. 22 tahun 1943. Dengan adanya Osamoe Serei ini maka terbukalah kesempatan bagi perguruan kita untuk menyatakan dengan terang-terangan bentuk dan isi sekolah kita. Sekolah Rakyat Ma’had Islam pada saat itu mendapat perlindungan undang-undang serta mendapat Badan Hukum yang sah, dan di bentuklah BADAN WAKAF MA’HAD ISLAM denga akte Notaris No. 5 tanggal 28-1-1944 ( Akte ini telah diperbaharui denga akte Notaris No. 15 tanggal 28-12-1959)
.
Perguran kita telah mempunyai garis perjuangan dengan cita-citanya yang jelas tersebut dalam Anggaran Dasarnya seperti dibawah ini:
Asas : Agama Islam
Tujuan :
- Berusaha memperbaiki dan memajukan perihal pendidikan dan pengajaran anak-anak kamum Muslimin dan muslimat.
- Menguatkan pendidikan rohani dan jasmani dengan ajaran Islam
- Meninggikan dan memperluas pengajaran dan pengetahuan Islam.
Adapun usaha-usahanya ialah :
- Mendirikan sekolah-sekolah Islam swasta : rendah, menengah pertama, menengah atas dan perguruan tinggi ( universitas ).
- Memelihara dan mengembangkannya sesuai dengan kehidupan agama dan masyarakat serta peraturan-peratuarn pemerintah.
- Dalam keadaan yg memungkinkan, juga membiayai murid-murid yg tercakap untuk melanjutkan pelajarannya ke sekolah-sekolah yang lebih tinggi dari sekolah Ma’had Islam baik didalam ataupun diluar negeri.
Pengurus pertama Badan Wakaf Ma’had Islam pada saat itu terdiri dari :
- Sdr. H. A. Djealani Ketua
- Almarhum Ust. A. Hinduan Penulis
- Al Ust. M. Baragbah Bendahara
- Almarhum Sdr. Djitrosuwarno Pembantu
- Sdr. Anwar Makarim Pembantu.
Dibawah Badan Wakaf Ma’had Islam, berdirilah Majelis Guru Badan Wakaf Ma’had Islam yang merupakan Badab Otonom bertugas :
- Membuat/mengatur rencana pendidikan/pengajaran (manhadj) serta memimpin sekolah-sekolah Ma’had Islam dalam pelaksanaan manhadj sehari-hari.
- Mengurus dan memimpin sekolah-sekolah yg telah menyerahkan pimpinan pendidikan/pengajaran kepada Badan Wakaf Ma’had Islam.
Pengurus pertama Majelis Guru yg menjadi tokoh-tokoh utama pendiri Perguruan Ma’had Islam ialah :
1. Almarhum Al Ust. A hinduan
2. Almarhum Al Ust. Zen bin Jahja
3. Al Ust. M. Baragbah
4. Al Ust. Basari Ahmad
5. Al Ust. Moh. Assagaf
6. Al Ust. Muchsin b. Ali Alatas
SEKOLAH RAKYAT PARTIKELIR MA’HAD ISLAM
Setelah dibentuk Majelis Guru dan Badan Wakaf, maka didirikanlah Sekolah Rakyat Partikelir Ma’had Islam di Dj Pesatean No. 21 (Dj Kenanga) dengan 5 buah kelas (I s/d V) dalam keadaan sederhana, baik perumahannya ataupun alat-alatnya. Setahun kemudian sekolah tersebut dipindahkan kegedung di Dj. Doktrin 10 (sekarang Dj. H.A Salim) bekas M.A.I. atau Sek. Dagang Pekalongan dengan tambahan kelas VI (kelas terakhir). Tahun pertama Sek. Rakyat Partikelir Ma’had Islam meluluskan murid-murid kelas VI ialah tanggal 31 Juli 1944, dari jumlah murid yg mengikuti ujian, sebanyak 11 orang murid, lulus 9 orang murid, (ujian Pemerintah). Pada saat itu keadaan sekolah sudah mulai sukses, dikenaloleh masyarakat sebagai satu-satunya sekolah yg berdasarkan agama Islam yg didalamnya juga diajarkan pengetahuan umum sesuai dengan rencana pelajaran S.R. Pemerintah pada waktu itu, disamping diajarkan juga pelajaran agama dan bahasanya k.l 40% dari seluruh pelajaran. Disamping kesuksesan, maka tiada luput perguruan kita itu sebagai satu perguruan yang memparalelkan 2 macam pelajaran (umum+agama dan bahasanya) mendapat rintangan-rintangan dari orang-orang/golongan-golongan yang tidak/kurang menyetujui adanya bentuk sekolah yang semacam ini. Pada Saat sebelum itu di pekalongan kebanyakan sekolah-seklaoh Islam berisi pelajaran agama dan bahasanya melulu atau berisi pelajaran umum saja itu sekolah-sekolah swasta Nasional. Tercatat didalam sejarah/riwayat Perguruan kita Ma’had Islam, satu golongan dari masyarakat menganggap sekolah semacam ini merupakan sekolah yg mengurangi pelajaran agama dan bahasanya (modern), sedang golongan yg lain menyatakan dirinya progresif, menganggap Perguruan Ma’had Islam adalam Perguruan yg masih kolot/otrodox, karena belum mau menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman, masih mewajibkan murid-muridnya berkerudung, mengadakan perpisahan murid wanita dan pria dsb. Perguraun Ma’had Islam tetap dalam garis-garis pokok perjuangannya ialah tetap patuh melaksanakan pelajaran-pelajaran pokok agama Islam dan tetap mengikuti kemajuan zaman yg tidak bertentangan dengan Islam.
Perguruan Ma’had Islam, menjadi golongan tengah (ummatan wasathon) didalam segala gerak gerik dan tindak lakunya.
Kesuksesan Perguruan Ma’had Islam berkembang terus, sehingga pada tahun 1944 itu juga terjadi penyerahan urusan pendidikan/pelajaran Madrosah Ma’rifatuddin kepada Majelis Guru Badan Wakaf Ma’had Islam. Madrosah Ma’rifatuddin yg sejak didirikan tahun 1926 hingga 1944 merupakan sebuah sekolah agama melulu, menjelma menjadi sekolah rakyat Islam seperti S.R Partikelir Ma’had Islam. Sejak saat itu pimpinan dan pengaturan sekolah tersebut diserahkan kepada Majelis Guru Badan Wakaf Ma’had Islam sedang wakaf gedung-gedungnya tetap menjadi hak milik Badan Wakaf Ma’rifatuddin Krapyak Pekalongan.
\PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945
Pada tanggal 14 Agustus 1945 dengan takbit Allah S.W.T selesailah perang dunia II dengan kekalahan pihak Tentara Jepang, sehingga mau tidak mau Pemerintah Fasisma Jepang harus meniggalkan daerah-daerah penjajahannya di Negara Asia termasuk Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 terdengunglah gema Proklamasi Kemerdekaan Indonesia keseluruh jagat raya yg didengungkan oleh kedua Pimpinan kita Bung Karno dan Bung Hatta. Bagaimana gerangan Perguruan Ma’had Islam pada waktu itu?
Ma’had Islam sebagai Perguruan yg sudah mendapatkan simpati masyarakat dan sudah mempunyai masyarakat pelajar sekalipun perkembangannya belum begitu besar, sudah barangtentu terbawa pula oleh gemanya Proklamasi dan arus revolusi tersebut. Beberapa orang pelajar bekas lulusan pertama Ma’had Islam, denikian juga beberapa orang guru tak mau ketinggalan iktu serta dalam revolusi kemerdekaan; ada yg menjadi tentara, lascar, badan-badan perjuangan pemuda dan lain sebagainya. Sebagai pejuang Kemerdekaan Perguruan Ma’had Islamberjalan terus, bahkan setelah adanya proklamasi dan revolusi lapang bergerak bagi Ma’had Islam lebih luas dan lebih bebas dari pada masa yg lampau. Sebagai akibat gemanya proklamasi dan berkobarnya revolusi bangsa Indonesia, maka berubahlah situasi masyarakat Indonesia termasuk masyarakat Islam, dan berubah pula pandangan orang-orang/golongan-golongan dalam masyarakat Islam pekalongan yg semula tidak menyetujui Perguruan Ma’had Islam maka dengan keinsafan dan kesadaran yg mendalam. Terjadilah penyerahan pengurusan pendidikan/pengalajaran Madrosah Arobiyah Islamiyah (M.A.I.) Pekalongan, kepada Majelis Guru Badan Wakaf Ma’had Islam Pekalongan. Perguruan Ma’has Islam yg pada waktu sebelumnya hanya mempunyai sebuah sekolah saja yakni di Dj Doktrin 10 (sekarang Dj. H.A. Salim), sejak saat itu memimpin 3 buah sekolah di 3 tempat, yakni di Dj. Doktrin 10, di Dj. Kp. Arab 1 (sekarang Dj. Surabaya) bekas M.A.I , dan di Krapyak Pekalongan. Dengan adanya t3 tempat itu makagedung di Dj Doktrin 10 untuk kelas I s/d III, gedung di Dj Kp. Arab 1 untuk kelas IV s/d VI SRI, sedang gedung di Krapyak Untuk SRI Ma’rifatuddin. Nama Sekolah Rakyat Partikelir Ma’had Islam diganti dengan nama : SEKOLAH RAKYAT ISLAM, nama sekolah rakyat Islam ( Madrosah Ibtidaiyah Islamiyah) menjadi popiliar, keadaan masyarakat terus maju dengan pesatnya, revolusi berjalan terus tak kenal berhenti, simpati masyarakat Islam terhadap Ma’had Islam semakin baik, maka terpikirlah sekolah baru merupakan lanjutan S.R.I sesuai dengan Anggaran Dasar Badan Wakaf ialah bercita-cita mendirikan SR, SMP, SMA serta Perguruan Tinggi. Tepat pada tanggal 1 Agustus 1946 didirikan/dibuka sebuah sekolah lanjutan tingkat pertama yaitu SEKOLAH MENENGAH ISLAM di Dj. Kp. Arab 1 (sekarang Dj. Surabaya) Pekalongan. Disamping SMI maka didirikan pula Sek. Guru Islam (SGI). Mulai pada saat itu Perguruan kita Ma’had Islam mendapat bantuan 2 orang guru Pemerintah dari Djawatan Pengajaran setempat untuk dipekerjakan sebagai guru diperbantukan di S.M.I.
Pengaruh Perguruan Ma’had Islam tidak hanya didaerah kota Pekalongan, tetapi lambat laun meluas kedaerah-daerah lain seperti kota Semarang, Tegal, dll. Disamping sekolah-sekolah diatas, diadakan pula : Kursus Guru (Kursus Mu’allimin), Kursus bahasa arab/agama dan sebagainya yg tidak hanya diikuti oleh guru-guru di Pekalongan, tetapi juga didikuti oleh guru-guru dari : Semarang, Tegal, dll. Dengan keinginan yg sungguh-sungguh dari sekolah-sekolah Islam dikota Semarang seperti : S.R Ma’had Islam, SR Al Falah, SR NU, SR Badan Wakaf, ditentukanlah gabungan sekolah-sekolah itu dan dinamai : GABUNGAN BADAN WAKAF SEMARANG. Tujuan utama dari gabungan ini ialah untuk mengatur sekolah-sekolahnya sesuai dengan rencana pendidikan dan pangajaran ala Ma’had Islam Pekalongan. Pada saat tersebut dari Majelis Guru Pekalongan mengadakan penerangan-penerangan, kursus guru untuk guru-guru di Semarang. Sekalipun gabungan Badan Wakaf Semarang tidak dapat berlangsung terus, namun cita-cita dari Badan Wakaf tersebut yaitu mengikuti rencana pendidikan/pengajaran Perguruan Ma’had Islam Pekalongan, berjalan terus hingga sekarang ini, terutama di SR Badan Wakaf, SRI Ma’had Islam Semarang, mungkin disekolah-sekolah yg lain juga demikian.
CLASH KE I/PENDUDUKAN BELANDA :
Gelombang revolusi Indonesia mengalami pasang surutnya, Belanda dengan segala macam akalnya masih tetap ingin menjajah kembali bangsa Indonesia. Dengan politik gendarmerie dan aksi polisionelnya kata Belanda, Belanda menyerbu daerah-daerah Republik, temasuk kota Pekalongan.
Bagaimanakah nasib Perguruan Ma’had Islam?
Yah, situasi boleh berganti, perjuangan sesaat pasang sesaat surut, itulah salah satu ciri perjuangan, namun cita-cita perjuangan, cita-cita yg menjadi tujuan tak boleh sedikitpun bergeser dalam menghadapi segala kesulitan dan situasi apapun juga. Maka berkat ketabahan dan ketekunan pendiri-pendirinya, Perguruan Ma’had Islam berjalan terus, terus melangkah kemuka, sekalipun dengan langgam dan gaya yang baru. Setealh mengalami penutupan sekolah beberapa saat, maka kemudian diusahakan supaya sekolah-sekolah Ma’had Islam dapat dibuka kembali. SRI dan SMI dibuka kembali, guru-gurunya tetap setia kepada Pemerintaha Rep. Indonesia. Sedangkan pengaruh dan kesuksesan Ma’had Islam melebar daerahnya kearah barat ke Losari, Tegal sampai kekota Palembang. Banyak dan berduyun-duyun para pelajar dari Losari atas pengaruh hubungan baik antara Al Ust. A Hinduan dengan Al Ust. To’if (sekarang dosen I.A.I. Neg) mereka bersekolah di Pekalongan baik di SRI ataupun di SMInya, demikian juga dating berduyun-duyun kekota Pekalongan pelajar-pelajar dari Palembang bersekolah di Pekalongan. Unutk menampung pelajar-pelajar dari daerah lain yang begitu banyak serta supaya Ma ‘had Islam juga dapat mendidik mereka itu tidak hanya lingkungan bangku sekolah saja, tetapi juga dalam pendidikan rumah tangga, maka segeralah dibuka ASRAMA PELAJAR MA’HAD ISLAM pada tanggal 30-9-1949, pertama-tama bertmpat di rumah Bapak Sastroprawiro Krapyak Pekalongan. Kemudian dipindahkan ke Klego gedung wakaf Sdr. H. Hasan Hasjim . Sebagai Ibu Asrama pada waktu itu ialah Ibu Sri-Antinah. Dengan selesainya bangunan asrama di Kwidjan Utara (sekarang Dj. Kintamani), pindahlah asrama tersebut kesan tahun 1951. Gedungbaru ini dibangun pada tahun 1951 atas bantuan masyarakat Islam Pekalongan dan sekitarnya serta daerah-daerah lain. Juga atas bantuan Yayasan Sosial Islam Djakarta yg dipimpin oleh Bapak K.H. Iskandar Idris ( Pensiunan Let. Kol. TNI)
Untuk meluskan pengertian pendidikan dan pengajaran Islam yang menjadi dasar cita-cita Perguruan Ma’had Islam mak disamping sekolah yg telah didirikan tersebut diatas, dibentuk pula sebuah Majelis yang diberi nama Majelis Da’wah dibentuk pada tanggal 7 Desember 1948 diketuai oleh Almarhum Al Ust. Umar Abdurrahman dan dibantu oleh Almarhum Al Ust. Salim Hamid. Salah satu usaha Majelis Da’wah ini ialah mengadakan pengajian (muchadoroh) seminggu sekali ug diisi oleh Almarhum Al Ust. A Hinduan. Disamping pengajian, juga pernah diadakan kursus Guru dengan nama Taman Pendidikan Islam (T.P.I), kursus Muballigh dan lain-lainnya.
Pada masa pendudukan Belanda dikota Pekalongan, Ma’had Islam dengan S.M.I, S.M.A.I nya menjadi tempat penampungan murid-murid/pelajar-pelajar, guru-guru Republiken non cooperation dengan Belanda. Banyak orang-orang yang non dengan Belanda memasukkan putera/puterinya ke S.M.I dan S.M.A.I Ma’had Islam. Dan para kaki tangan Belanda selalu mengintai-ingtai : Nefis I D. dll sebagainya kesekolah kita Ma’had Islam. 2 Orang guru Ma’had Islam ditawan Belanda, dituduh mengadakan gerakan illegal bahkan yg seorang sampai diasingkan ke Nusakambangan. Karena keganasan Belanda ini terhadap orang-orang Republiken, mak seorang guru Ma’had Islam terpaksa juga meninggalkan kota Pekalongan hidjrah kedaerah Republik sampai pengakuan kedaulatan oleh Belanda.
Pengaruh sekolah Ma’had Islam melebar terus kedaerah selatan yaitu ke Wonopringgo. Wonopringgo sebagai sebuah daerah agamis yg pimpinan masyarakatnya orang-orang agamis, demikian juga madrosah-madrosah Islamiyah masih merupakan madrosah yg berisi pelajaran agama melulu, sudah mulai menginginkan adanya sekolah seperti Ma’had Islam Pekalongan. Ma’had Islam mengirim seorang guru sebagai pimpinan tetap di RSI Wonopringgo untuk melaksanakan kehendak masyarakat Wonopringgo tersebut.
Akhirnya SRI Wonopringgo menjadi SRI IV dari mulai tahun pelajaran 1949/1950 sampai thn pelajaran 1951/1952. Setelah thn 1952 karena Wonopringgo sudah wajar untuk berdiri sendiri, pimpinan Ma’had Islam dilepaskan dan Wonopringgo sampai saat ini tetap mempunyai hubunngan yang baik dengan Ma’had Islam dalam bentuk hubungan persaudaraan. Bahkan daerah Wonopringgo makin lama makin maju, selain mempunyai RSI, juga mendirikan SMI Mu’amalat dan STK
Tahun 1949 adalah tahun terakhirnya masa pendudukan Belanda : pada tahun itu kemjuan pesat dialami oleh sekolah-sekolah Ma’had Islam baik SMInya lebih-lebih SRInya bertambah jumlah muridnya. Masyarakat lebih simpati terhadap sekolah-sekolah swasta terutama yg berdasarkan agama Islam, seperti SRI Ma;had Islam daripada sekolah Pemerintah ala Pemerintah Belanda atau Recomba. Oleh karena itu untuk menampung jumlah murid yg melimpah-limpah itu, diusahakan oleh Badab Wakaf pembangunan gedung sekolah baru di Dj Raja No. 39 A (sekarang Dj. Dr. Cipto) Pekalongan. Pembangunan gedung tersebut atas bantuan segenap masyarakat Islam Pekalongan dan sekitarnya. Gedung itu mulai dipergunakan pada tanggal 18 Mei 1949. Dalam pembukaan gedung tersebut Perguruan kita Ma’had Islam mengadakan pementasan/sandiwara yg dilaksanakan oleh murid-murid/pelajar-pelajar Ma’had Islam dan disaksikan oleh segenap wali murid. Gedung di Dj Raja No. 39 A untuk SRI No. 2 sedangkan gedung Dj Doktrin 10 untuk SRI No. 1, gedung di Krapyak untuk SRI No. 3, gedung di Dj Kp. Arab untuk SMI / MMD dan Kantor Majelis Guru. Semua sekolah-sekolah diatas masih merupakan sekolah campuran (pria+wanita); kemudian mulai thn pelajaran 1952/1953 diadakan pemisahan SRI No.1 di Dj. Doktrin 10 khusus wanita SRI No. 2 Dj. Raja No. 39 A khusus pria.
PENDIDIKAN KEPANDUAN :
Pada tahun 1948 dan 1949 di Pekalongan dan daerah-daerah lain telah terbentuk kepanduan Nasional yg merupakan lapangan pendidikan kepanduan bagi bangsa Indonesia dengan nama PANDU RAKYAT INDONESIA. Bagi golongan-golongan Islam, Khatolik, dan lain-lainnya bergabung dengan PANDU RAKYAT INDONESIA tersebut. Perguruan Ma’had Islam telah mempelopori adanya PANDU RAKYAT INDONESIA TRUP ISLAM dikota Pekalongan. Setelah adanya pengakuan kedaulatan Rep. Indonesia oleh Belanda, maka Pandu-Pandu Islam se Indonesia bermaksud akan mengadakan Fusi Pandu-Pandu/Kepanduan-kepanduan Islam se Indonesia. Dalam rangka ini oleh B.K.M.I ( Badan Kongres Muslimin Indonesia) telah diadakan konferensi persiapan Voor-Conferentie dikota Pekalongan dengan bantuan penyelenggaranya oleh PANDU RAKYAT INDONESIA TRUP ISLAM Pekalongan dan lain kepanduan di Pekalongan konferensi berjalan dengan baik dan memutuskan akan mengadakan Kongres Pandu-Pandu/Kepanduan-kepanduan Islam se Indonesia di Surabaya telah menelorkan keputusan-keputusan :
- Mengadakan Fusi Pandu-Pandu/Kepanduan-kepanduan Islam yg local
- Membentuk Federasi Kepanduan Islam se Indonesia.
Pandu Rakyat Indonesia Trup Islam Pekalongan ikut berfusi dan menjadi Pandu Islam Indonesia. Pandu Islam Indonesia yg dipelopori oleh bekas-bekas pimpinan Pandu Rakyat Indonesia Trup Islam membentuk cabang-cabang/ranting-ranting Pandu Islam Indonesia baik dikota Pekalongan sekitarnya dan tempat-tempat yg lain. Kemudian Pandu Islam Indonesia juga meleburkan diri dalam Gerakan Pramuka bersama-sama Kepanduan yg lain, setelah adanya putusan Presiden menjatuhkan Kepanduan-kepanduan seluruh Indonesia.
Masa setelah pengakuan kedaulatan :
Dengan adanya persetujuan Roem-van Royem Statement antara Indonesia-Belanda yang disusul dengan persetujuan Konferensi Meja Bundar (KMB), maka pada tanggal 27 Desember 1949 situasi berubah, tekanan-tekanan pihak pendudukan Belanda kepada rakyat Indonesia hilang, kebebasan bergerak pulih kembali, demikian juga kebebasan bergerak bagi Perguruan Ma’had Islam kita terjelma kembali. Kita pada saat itu telah mempunyai 3 buah Sekolah Rakyat Islam (SRI No. 1, 2, 3) sebuah Sekolah Menengah Islam dan sebuah S.M.A.I (S.M.A.I ini pembelajarannya diusahakan oleh para pelajar sendiri), tetapi dengan keadaan terpaksa karena mengalami kesulitan pembelajaran tersebut S.M.A.I. dibubarkan menjelang saat pengakuan kedaulatan oleh Belanda.
Pada tahun 1951 terpikirlah oleh Badan Wakaf dan Majelis Gurunya, mengingat banyak murid-murid SRI yg tidak lululs dari SRI tidak dapat masuk SMI karena tidak mempunyai tanda lulus ujian masuk SLP negeri, sedang mereka itu nilai-nilai agama dan bahasanya dapat dipertanggungjawabkan, maka untuk menampung mereka, didirikanlah sekolah baru lanjutan pertama dengan masa belajar 4 tahun dengan nama MMD (Madrosah Menengah Diniyah) dengan hak-hak agama dan bahasanya lebih banyak dari SMI. Disamping MMD yg didirikan pada tahun 1951 didirikan pula STK (Sekolah Taman Kanak-kanak) pada bulan Agustus 1951, pertama kali bertempat di Dj. Doktrin 10 bersama-sama dengan SRI No. 1 , kemudian setelah kita mendapat wakaf berupa tanah dan bangunannya di Dj. Kwidjan Utara No. 13 (sekarang Dj. Kintamani), wakaf tersebut dari Bapak Sulaiman bin Abdullah Mar’I Surabaya, maka STK dipindahkan kegedung tersebut mulai tahun pel. 1952/1953.
Tahun 1951 adalah boleh dikatakan tahun SRI minded untuk masyarakat Islam Pekalongan dan sekitarnya. SRI Kauman didirikan pada tanggal 1 April 1951, SRI Kergon (yg pada masa pendudukan Belanda menjadi tempat pengajian kaum-kaum Muslimin dan Muslimat dengan nama P.A.R.I. = Pendidikan Agama Islam Rakyat Indonesia didirikan tanggal 17 Agustus 1948) menjelma menjadi SRI pda mulai tahun pel. 1951/1952. SRI Pencongan, SRI Buaran, SRI Setono, SRI Pringglangu dan lain-lainnya, merupakan seperti cendawan yg tumbuh pada musim hujan. SRI-SRI tersebut pada umumnya mengikuti rencana pendidikan/pengajaran Perguruan Ma’had Islam, baik pelajaran umumnya ataupun pelajaran agama dan bahasanya, sekalipun mengenai agama dan bahasanya tidak mengikuti 100% seperti SRI Ma’had Islam mereka mengambil rencana pendidikan/pengajaran SRI Ma’had Islam. Ada yg 90%, ada yg 80% menurut keadaan dan kesanggupan masing-masing. Sebaian besar dari pendiri-pendiri/guru-guru disekolah-sekolah tersebut adalah bekas-bekas pelajar Ma’had Islam yg mempelopori. Hingga saat ini mereka selalu berhubungan dengan Ma’had Islam dalam banyak hal dan urusannya.
Bagian Beasiswa dari Badan Wakaf Ma’had Islam juga mulai melaksanakan usahanya memberi beasiswa kepada bekas pelajar Ma’had Islam yg cakap untuk melanjutkan pelajarannya, sekalipun masih merupakan usaha kecil-kecilan. Sudah ada beberapa orang bekas pelajar yg dibeasiswai oleh Badan Wakaf yg sampai saat ini berjalan terus.
PERINGATAN ULANG TAHUN PERG. MA’HAD ISLAM KE X
Setelah wafatnya Bapak Perguruan Ma’had Islam Almarhum Ustadz Abdullah Hinduan pada tanggal 3 September 1952, maka dipandang perlu mengadakan peringatan ulang tahun ke X tanggal 8 November 1952. Peringatan ini yg acara pokok berupa pertemuan guru-guru, perlombaan murid-murid, apacara mengenang 8 November 1942 dengan tujuan untuk menghimpun kembali potensi Perguruan Ma’had Islam dengan mengembalikan semangat perjuangan Ma’had Islam tahun 1942 dengan jiwa baru, semangat serta energi baru.
BANTUAN DARI PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Perguruan Ma’had Islam Pekalongan yg didirikan sejak 8 November 1942 sampai tahun 1952 berjalan atas bantuan masyarakat dan hasil keuangan dari murid-murid semata, sehingga disamping mengalami kemajuan dan kesuksesan dalam segala bidang pendidikan dan pengajarannya, juga tidak kurang pentingnya diutarakan disini kesulitan dan penderitaan yg dilalui Perguruan Ma’had Islam dalam bidang financialnya. Penderitaan/kesulitan keuangan pada saat itu sangat mutlak, disamping ketika pada saat itu sedang mengalami masa duka cita berhubung wafatnya Bapak Perguruan Ma’had Islam Al Ustadz A. Hinduan yg wafat tanggal 3 September 1952 / 13 Zulhidjah 1372H jam 4.55 pagi.
Dengan wafatnya beliau itu tidak mengurangi semangat para pejuang Perguruan Ma’had Islam yg masih ada untuk meneruskan usaha Perguruan ini. Maka berhasillah atas usaha kita dengan Takdir Tuhan Yang Maha Esa, mulai tahun pel. 1951/1952 Sekolah Menengah Islam sebagai satu-satunya sekolah swasta berdasar Islam yg mendapat bantuan dari Kementerian P.P. dan K. dan berstatus sekolah bantuan. Disamping bantuan financial, maka pada tahun pel. 1954/1955 Perguruan Ma’had Islam mendapat bantuan guru negeri yg diperbantukan pada SMP Islam Pekalongan. Kementerian Agama R.I tiada ketinggalan memberikan juga bantuan financial kepada sekolah-sekolah Ma’had Islam baik SMI/MMD ataupun Kepala SRI-SRInya. Bantuan Dinas P.P. dan K. Daswati I Jawa Tengah yg berupa financial diberikan juga kepada SRI kita Ma’had Islam mulai tahun pel. 1953/1954, setelah kita usahakan.
Tahun-tahun berikutnya bantuan Dinas PDK tersebut kepada SRI-SRI itu tidak hanya kepada SRI Ma’had Islam, tetapi juga kepada SRI-SRI yg lain, baik dikota atau diluar kota Pekalongan, seperti : SRI Kauman, SRI Kergon, SRI Setono, SRI Buaran, SRI Wonopringgo dll.
Dengan perasaan yg sangat berat terpaksa MMD kita tidak dapt berlangsung terus, pada tahun 1954 dilikwidir ke SMI Asrama pelajar Ma’had Islam di Kwidjan utara noll mengingat adanya kesulitan financial dan kurangnya jumlah penghuninya. Maka mulai tahun 1959 terpaksa dibubarkan, dan gedungnya dipergunakan untuk gedung SRI mulai tahun pel. 1959/1560 untuk memisahkan kelas parallel SRI I sebagian kelasnya dijadikanSRI IV (puteri) terdiri dari kelas I s/d V.\
PERINGATAN ULANG TAHUN PERGURUAN MA’HAD ISLAM KE XV
Untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa Perguruan Ma’had Islam masih tetap berjalan terus menunaikan tugasnya melanjutkan perjuangan menuju cita-citanya, maka bertepatan dengan 8 November 1957 telah dilangsungkan Peringatan Ulang Tahun ke-15 dengan acara-acara : Pementasan/sandiwara (untuk ke II kalinya), perlombaan-perlombaan bagi murid-murid, upacara peringatan dan lain sebagianya. Sambutan masyarakat sangat baik, dan kesimpatian mereka masih tetap ada tehadap Perguruan Ma’had Islam.
SITUASI MENGKHAWATIRKAN
Perkembangan masyarakat dan Negara terus berlangsung, tiap pergantian Pemerintah Pusat, maka perubahan/pembaharuan pemerintahan diadakan, termasuk dalam bidang pendidikan dan pengajaran pemerintah. Pada tanggal 3-12-1958 terjadinya adanya instruksi Dep. PDK tentang larangan mengajarkan bahasa asing disekolah-sekolah rakyat swasta berbantuan. Karena simpang alurnya interprestasi mengenai intruksi tersebut maka terjadilah kesalahpahaman beberapa orang pejabat yg berwenang. Perguruan Ma’had Islam yg mempunyai sekolah-sekolah berbantuan merasa berkewajiban untuk menghilangkan kesalahpahaman tersebut dan mencari tafsiran yg sebenarnya mengenai intruksi tersebut. Setelah diadakan feeling dengan beberapa pengurus sekolah swasta berbantuan yg berdasar Islam, maka pada tanggal 26 dan 27 Agustus 1959 diadakan musyawarah antar Pengurus/Pengusaha Sekolah Rakyak swasta berdasar Islam se Karesidenan Pekalongan bertempat dikota Pekalongan. Hasil musyawarah itu ialah mengirim sebuah surat perjanjian bersama kepada Inspeksi Pengajaran Rendah Daerah V sebagai instansi yg meneruskan instruksi Dep. PDK dalam hal tersebut diatas, isi pernyataan bersama tersebut ialah bahwa SR swasta berbantuan kita tidak termasul dalam surat instruksi larangan mengajarkan bahasa asing tersebiut diatas. Kecuali itu musyawarah juga mengirimkan sebuah delegai dengan anggota beberapa orang pengusahah/pengurus sekolah untuk menemui Inspeksi P.R Daerah V di Semarang guna memberikan penjelasan-penjelasan lisan seperlunya. Ma’had Islam mendapat kehormatan dan kepercayaan dari musyawarah untuk mengetahui delegasi itu. Dengan kebijaksanaanyg berwajib usaha ini membawa hasil baik dengan adanya saling pengertian dan hilangnya kesalahpahaman antara pihak berwajib dengan pengurus/pengusaha-pengusaha sekolah rakyat swasta berbantuan berdasar Islam se Karesidenan Pekalongan.
KELANJUTAN TUJUAN PERGURUAN MAHAD ISLAM
Penidikan dan pengajaran agama Islam adalah menjadi tujuan perguruan Ma’had Islam, tersebut dalam Anggran Dasar Badan Wakaf dan Majelis Guru bahwa cita-cita Ma’had Islam tidak hanya mendirikan sekolah rendah, menengah saja tetapi sampai kepada SMA dan Perguruan Tinggi juga, menjadi cita-cita Perguruan kita tersebut. Untuk persiapan kearah tujuan itu diperlukan tenaga-tenaga guru yg berwenang dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mengisi pendidikan dan pengajaran disekolah-sekolah tingkat atas tadi. Oleh karena itu dengan segala macam kesulitan yg kita hadapi dan dengan adanya kesempatan yg diberikan oleh Muktamar Alam Islam di Cairo serta fasilitas-fasilitas yg diberikan oleh Departemen Agama RI, Perguruan Ma’had Islam Pekalongan pada tanggal 1 November 1958 berhasil mengirimkan seorang guru agama dan bahasanya dari SMI untuk bertugas belajar di Universitas Al Azhar di Cairo. Pada saat itu guru tersebut telah mencapai tingkat ke IV yaitu tingkat terakhir. Insya Allah apada tahun 1963 guru itu akan kembali ke tanah air dengan membawa hasil yg baik untuk perkembangan Perguruan Ma’had Islam kita selanjutnya.
PERKEMBANGAN SEKOLAH-SEKOLAH ISLAM
Masyarakat Islam Pekalongan makin lama makin maju dalam dunia pendidikan dan pengajaran, peekembangan sekolah-sekolah Islam dikota Pekalongan dan sekitarnya makin lama makin banyak seperti : SRI/MWB/SMP/SMA/SGA/SGTK dan lain-lainnya yang semuanya itu berdasa Islam. Kemajuan sekolah yang sedemikian ini sangat menggembirakan dilihat dari segi masa depan umat Islam. Tetapi kemajuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran tersebut akan tidak berhasil dengan hasil yg kita harapkan kalau kemajuan tersebut tidak kita imbangi atau kita isi pendidikan dan pengajaran Islam yg benar-benar dapat dipertanggungjawabkan baik duniawi ataupun uchrawinya, sehingga sekolah-sekolah Islam tadi tidak hanya merupakan etiket belaka. Sangat dikhawatirkan kalau guru-guru agama yg sekarang sedang menunaikan tugasnya meninggalkankan dunia yg fana ini atau sudah tidak ada lagi, maka siapakah yg akan menggantikan guru-guru tersebutkalau tidak kita persiapkan dari sekarang. Atas dasar inilah maka Majelis Guru dan Badan Wakafnya mendirikan sebuah sekolah dengan nama MMA (madrosah Menengah Atas) sebagai kelanjutan SMI dalam mata pelajaran agama dan bahasanya disamping ilmu pendidikan. Madrosah ini telah berjalan 2 tahun didirikan pada tanggal 1 September 1960 tetapi sangat disayangkan bahwa Madrosah ini tidak dapat berlangsung terus menuju cita-cita, karena kekurangan perhatian masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya ke Madrosah tersebut, maka untuk sementara Madrosah ini dibekukan.
Kecuali ide untuk mengembangkan pendidikan agama dengan jalan tersebut diatas, maka Majelis Guru bersama Badan wakafnya bercita-cita akan membuka sekolah agama untuk murid-murid yg belajar di SR Pemerintah, pada waktu sore supaya mereka dapat belajar agama. Oleh Badan Wakaf Ma’had Islam telah dibangun sebuah gedung baru di Jl. Jawa (kebonsari) untuk keperluan yg dimaksud diatas. Pembangunan ini dimulai tanggal 17 Agustus 1960 dan selesai pada bulan Agustus 1961 dengan bantuan wakaf umat Islam Pekalongan dan sekitarnya dan lain-lainnya.
Insya Allah pengisian gedung ini akan segera terlaksana.
ORGANISASI ATTA’AWUN
Untuk sekedar memberikan bantuan kepada guru-guru/pegawai-pegawai yg membutuhkan bantuan dalam hal kebutuhan-kebutuhan tertentu, oleh Majelis Guru Badan Wakaf Ma’had Islam dibentuk sebuah organisasi “Atta’awun” didirikan pada tanggal 1-8-1959
ALAM MANIPOL – USDEK
Revolusi bangsa Indonesia terus berjalan, terlandaskan Manipol dan Usdek. Perguruan kita Ma’had Islam sebagai satu bagian dari masyarakat Indonesia mengikuti jalannya revolusi ini, selama landasan revolusi itu tidak bertentangan dengan dasar-dasar Perguruan Ma’had Islam, ialah Islam.
Haluan, isi, system pendidikan dan pengajaran Pemerintah kita pada saat sekarang ini sedang dirintis dengan landasan Manipol-Usdek tersebut.
Sapta Usaha Tama, Indoktrinasi Manipol Usdek, Pancawardana, SR/SMP/SMA. Gaya dan lain sebagainya diikuti oleh Perguruan Ma’had Islam, dengan batas-batas yg tidak bertentangan dengan dasar-dasar pokok Perguruan Ma’had Islam.
ULANG TAHUN PERGURUAN MA’HAD ISLAM KE XX
Sampailah Perguruan kita dalam usia 20 tahun ( Dwi Darsa Warsa) pada tanggal 8 November 1962. Peringatan ini akan diisi dengan acara-acara membawa masyarakat terutama masyarakat Islam untuk menyadari betapa pentingnya pendidikan Islam bagi anak-anak kaum Muslimin dan Muslimat.
REUNI (Penyatuan Kembali) yg untuk pertama kali akan diselenggarakan oleh Perguruan kita untuk bekas siswa-siswa Ma’had Islam dan MAI bertujuan ; menghimpun kembali mereka-mereka itu dalam bentuk pertemuan persaudaraan dengan harapan akna membawa hasil-hasil baik secara morel ataupun hasil-hasil dalam bidang lainnya, sehingga dapat memperkuat landasan perjuangan Ma’had Islam selanjutnya.
PEMENTASAN (Sandiwara) dengan mengambil sebuah kisah dari Kitab Suci Al-Qur’an “ASHABUL KAHFI” bertujuan pendidikan keimanan bagi masyarakat Islam umumnya, masyarakat pelajar Islam khususnya, terutama pada saat-saat seperti sekarang ini, kita sangat membutuhkan indoktrinasi penebalan iman kita terhadap Allah SWT, sesuai dengan Anggaran Dasar Badan Wakaf dan Majelis Gurunya yg berbunyi : memperkuat dan mempertebal pendidikan rohani dan jasmani sesuai dengan ajaran agama Islam. Dua pokok acara inilah intisari Ulang Tahun Ma’had Islam ke-20 disamping acara-acara lain seperti : perlombaan/pertandingan/upacara dan lain-lainnya.
Demikianlah dengan serba singkat kami uraikan pokok-pokok sejarah/riwayat Perguruan Ma’had Islam Pekalongan dari sejak 8 November 1942 s.d 8 November 1962 untuk menjadi pengalaman dan pegangan kita didalam mengayunkan langkah selanjutnya baik pengalaman yg manis ataupun pengalaman yg pahit, kesemuanya itu menjadi pelajaran yg sangat berguna menuju cita-cita Perguruan Ma’had Islam kita, Insya Allah Ta’ala
Amin , Ya Robbal ‘Alamin.
Wassalam
Sekretaris Majelis Guru Badan Wakaf Ma’had Islam
M. NUCHLAN